Stephen Hawking adalah salah satu ilmuwan yang berpengaruh di dunia, karena banyak pemikirannya yang membuka mata dunia. Pemikiran-pemikiran Hawking mambantu kita mendapatkan pemahaman tentang alam semesta. Bahkan, fisikawan yang telah tutup usia tersebut meninggalkan sejumlah teori pada beberapa topik.
Mulai dari lubang hitam, teori penciptaan alam semesta, hingga pendapatnya tentang Tuhan. Di antara semua pemikirannya, ada beberapa kutipan yang patut dikenang.
Lubang Hitam
Hawking bekerja sama dengan pakar kosmologi Roger Penrose dan mendemonstrasikan Teori Relativitas Umum Albert Einstein yang menunjukkan bahwa ruang angkasa dan waktu dimulai pada kelahiran alam semesta dan berakhir dengan lubang hitam.
Memadukan teori Einstein dan teori kuantum, Hawking menemukan bahwa lubang hitam tidak diam saja. Lubang hitam justru berdesis, mengeluarkan radiasi dan partikel, sebelum akhirnya meledak dan menghilang.
“Einstein salah saat dia berkata ‘Tuhan tidak bermain dadu’. Pertimbangan lubang hitam menunjukkan, tidak hanya bahwa Tuhan memang bermain dadu, tapi terkadang Ia membingungkan kita dengan melemparkannya ke tempat yang tidak dapat mereka lihat,” tulis Hawking dalam The Nature of Space and Time yang terbit pada 1996.
Big Bang
Selama kariernya, Hawking selalu memiliki tujuan untuk memahami alam semesta. “Tujuan saya sederhana, yaitu memahami secara menyeluruh tentang alam semesta seperti apa adanya dan mengapa hal itu ada,” kata Hawking saat mengawali kariernya.
Atas dasar keinginannya tersebut, akhirnya Hawking mengemukakan teori Big Bang. Ia menjelaskan bahwa alam semesta berasal dari sebuah ledakan besar. Salah satu kutipannya tentang hal ini tertuang di buku A Brief History of Time yang terbit pada 1988. Kutipan ini menunjukkan pendapatnya tentang alasan mengapa alam semesta ada.
“Jika kita menemukan jawabannya, itu akan menjadi kemenangan tertinggi akal manusia karena kemudian kita akan mengetahui pikiran Tuhan,” tulisnya.
Sebelum Big Bang
Setelah membuat teori tentang awal mula alam semesta, Hawking sering mendapat pertanyaan tentang apa yang terjadi sebelum Big Bang. Bahkan pertanyaan tersebut baru-baru ini terlontar dari rekan sejawatnya, Neil deGrasse Tyson pada sebuah wawancara yang ditayangkan di National Geographic Channel.
Hawking menjawab bahwa itu bergantung pada teori “no-boundary proposal” yang ia ciptakan bersama koleganya, James Hartle. “Peristiwa sebelum Big Bang tidak didefiniskan secara pasti, karena tidak mungkin seseorang mengukur apa yang terjadi,” kata Hawking dikutip dari Live Science.
Tentang Tuhan
Berangkat dari teorinya tentang penciptaan alam semesta, Hawking punya pemikiran sendiri tentang Tuhan. “Saat orang bertanya apakah Tuhan menciptakan alam semesta, saya mengatakan bahwa pertanyaan itu tak masuk akal. Waktu tak eksis sebelum Big Bang, jadi tak ada waktu bagi Tuhan untuk menciptakan semesta,” katanya.
Hawking memang selama ini dikenal sebagai ateis. Hal inilah yang mendasarinya menuliskan pendapatnya tentang Tuhan dan alam semesta pada bukunya yang berjudul The Grand Design pada 2010. “Tidak perlu meminta Tuhan bertindak dan mengatur alam semesta,” tulisnya.
Hidup dan Mati
Seperti yang kita tahu, Hawking menderita ALS sejak usianya 21 tahun. Saat itu, bahkan, ia didiagnosis hanya bisa bertahan selama dua tahun saja. Penyakit ini membuatnya punya beberapa pemikiran tentang hidup dan mati. Salah satu yang terkenal adalah hasil wawancara New York Times pada 2004. “Harapan saya berkurang menjadi nol saat saya berusia 21. Semua sejak saat itu menjadi bonus,” katanya.
Selain itu, dalam wawancaranya dengan The Guardian pada 2011, Hawking juga menjelaskan bahwa ia tidak takut mati. “Saya telah hidup dengan prospek kematian dini selama 49 tahun terakhir, saya tidak takut mati, tapi saya tidak terburu-buru untuk mati, saya memiliki banyak hal yang ingin dilakukan lebih dulu,” ujarnya.
Akses Gratis Tesis
Pada Oktober 2017 lalu, tesis doktoral milik Hawking bisa diakses secara online. Penelitian berjudul “Properties of Expanding Universes” ini dapat diakses dan diunduh secara gratis oleh siapa saja melalui perpustakaan digital milik Universitas Cambridge.
Hal ini menyusul pendapat Hawking bahwa setiap orang di belahan bumi mana pun akan mendapatkan akses tanpa batas untuk memahami penelitiannya secara komprehensif. “Dengan membuat tesis bisa diakses secara terbuka, saya berharap bisa menginspirasi semua orang di dunia untuk melihat ke arah bintang-bintang (atas) bukan menunduk ke kaki mereka (bawah) agar memiliki rasa penasaran tentang semesta dan mencoba memahami tentang kosmos,” ujar Hawking.