Einstein bisa dikatakan adalah seorang penganut determinisme garis keras. Dia percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini pasti mengikuti hukum sebab dan akibat. Dia percaya bahwa jika semua kondisi awal segala sesuatu di dunia ini diketahui, kita bisa mengetahui masa depan. Saking kerasnya Einstein dengan pandangannya ini, dalam kredo terkenal yang ditulisnya pada tahun 1932, Einstein bahkan mengatakan bahwa dia tidak percaya dengan kehendak bebas.
Bagaimana hubungannya dengan maksud Einstein tentang “Tuhan tidak bermain dadu”?
Pada tahun 1920-an, fisikawan seperti Heisenberg, Max Born, Bohr, Schrödinger mengembangkan cabang fisika yang bernama mekanika kuantum. Einstein pada saat itu sudah terkenal dengan teori relativitasnya. Di dalam komunitas fisika, sangat biasa jika fisikawan-fisikawan berkumpul untuk membahas suatu teori baru. Einstein mempelajari mekanika kuantum yang dikembangkan oleh fisikawan-fisikawan tersebut. Namun banyak hal yang tidak Einstein sukai dari teori baru ini karena tidak sesuai dengan pandangannya tentang determinisme, walaupun hasil eksperimen sesuai dengan mekanika kuantum. Max Born mengatakan bahwa mekanika kuantum perlu dipahami dengan konteks probabilitas tanpa perlu adanya penjelasan tentang sebab-akibat.
Salah satu contoh probabilitas dalam mekanika kuantum yang tidak disukai Einstein adalah tentang superposisi kuantum. Misalnya sebuah elektron dalam keadaan superposisi, elektron tersebut memiliki dua spin sekaligus (spin up dan spin down). Setelah spin elektron tersebut diukur, elektron tersebut hanya akan memiliki satu spin saja (entah hasilnya spin up atau spin down). Hal yang paling tidak disukai Einstein adalah hasil pengukuran tersebut yang sepenuhnya acak, dengan probabilitas mendapatkan hasil pengukuran spin up atau spin down sesuai dengan prediksi mekanika kuantum, tanpa ada sebab mengapa hasil pengukurannya seperti itu.
Einstein bersikeras mengatakan bahwa pasti ada yang kurang dari mekanika kuantum. Dia pernah menulis surat kepada Max Born yang isinya kurang lebih mengatakan bahwa seberapa akuratpun hasil prediksi mekanika kuantum dengan hasil percobaan, hatinya tidak menerima hal itu. Di surat itupun dia menuliskan bahwa dia tidak percaya bahwa Tuhan bermain dadu. “.. Jedenfalls bin ich überzeugt, dass der Alte nicht würfelt.”, terjemahan bebasnya, “.. Saya yakin bahwa Orang Tua itu tidak bermain dadu.”
Saat Einstein berdebat dengan Bohr tentang mekanika kuantum, Einstein juga mengatakan bahwa Tuhan tidak bermain dadu. Ada cerita yang mengatakan kalau Einstein bahkan sampai menggebrak meja pada waktu itu. Bohr pun menjawab, “Einstein, berhentilah mengatakan apa yang Tuhan harus lakukan!”
Walaupun Einstein terus mengikuti perkembangan mekanika kuantum, dia tidak pernah menerimanya. Dia berusaha mengembangkan teori alternatif untuk menjelaskan fenomena kuantum, namun tidak pernah berhasil sampai akhir hayatnya. Bayangkan apa yang terjadi jika orang sekelas Einstein mengesampingkan pandangan pribadinya pada waktu itu dan ikut mengembangkan mekanika kuantum bersama fisikawan lainnya seperti Bohr, Heisenberg, Born, dan Schrödinger.
Pernyataan Einstein tentang Tuhan tidak bermain dadu dianggap secara umum sebagai penyampaian pandangannya tentang determinisme. Penggunaan kata Tuhan di sini lebih bersifat metafora dibandingkan dengan kata Tuhan dalam artian keyakinan tertentu. Begitu pula dengan Bohr yang mengatakan kepada Einstein untuk berhenti mendikte Tuhan, Bohr hanya mengikuti metafora Einstein.